DRAMA JOGJA (PART 2-END)

*Tulisan ini panjang, mohon bersabar ketika membaca*

*Baca part 1 dulu biar nyambung http://hayyunoorma.blogspot.com/2018/10/drama-jogja-part-1.html

__________________________________~~~~~~_________________________________________


Malioboro sepi bos! 



ZONK!!!! 



Kami berdua bertanya-tanya sambil berjalan menyusuri sepanjang jalan di Malioboro yang tidak satupun kami temui PKL yang biasa berjualan bahkan warung nasi pun tiada. Hanya ada toko-toko (bangunan) permanen yang buka seperti biasa. 

Sampai di depan Ramayana kami istirahat, duduk dibangku trotoar sambil ngemilin tahu baksonya Risa. Lumayan buat ngganjal perut walaupun rada malu diliatin orang lalu lalang. Makan pun kami sambil mikir kenapa Malioboro sepi. Apakah para PKL ditertibkan? Kalau ditertibkan kenapa? Ini kan ciri khas Malioboro. Dimana mereka dipindahkan? 

Kami lanjutkan jalan-jalannya hingga sampai di benteng Vredeburg. No PKL. Sudah sampe diujung Malioboro dan pertanyaan -pertanyaan itu terus menghantui kami sampai akhirnya kami memutuskan pesan GoCar saja untuk langsung ke Kauman karena tidak ada apa-apa lagi yang menarik.

"Siang mba, ini dari Gocar. Posisi dimana ya?" 

"Bla bla....." 


Masuk mobil. 


"Pak, ini kog Malioboronya sepi ya. Pedagangnya pada kemana?" Risa memulai pembicaraan dengan driver Gocar. 

"Ooo..Tiap Selasa Wage memang libur mba" 

"Kenapa pak?" 

"Hari lahir Sultan atau hari apa gitu mba. Pokoknya libur, dipake buat hari bersih-bersih" 

Pantessssss... tadi banyak orang bersih-bersih trotoar. 

Terjawab sudah.
Kirain tadi tuh tukang bangunan. Soalnya terakhir ke Malioboro pas pertengahan tahun ini disana lagi ada pembangunan jalan tapi PKL masih rame jualan. Ternyata oh ternyata.

Kog ya pas banget hari itu Selasa dan pasarannya Wage pula.

Again and again "Manusia merencanakan tapi Tuhan yang menentukan"

Ga jadi beli souvenir.

----------------------------------~~~~~~~----------------------------------

Sekitar pukul 10.30 kami tiba di Masjid Gede Kauman. Akhirnya kami menginjakkan kaki disini. Ini pertama kalinya bagiku dan kesekian kalinya bagi Risa. Acara Muslim United belum dimulai ternyata tapi sudah ramai oleh pengunjung yang mendengarkan nasyid dan lalu lalang pengunjung di halaman masjid. Acara ini juga dimeriahkan oleh adanya stand makanan dan perlengkapan muslim.

Karena belum sarapan kami memutuskan untuk berkeliling stand makanan. Tidak begitu banyak stand makanan disini kebanyakan menjual jajanan eSDe tapi setidaknya ada satu yang jualan nasi. Kami butuh nasi! Kami sudah lapar! Mampirlah kami di stand nasi kebuli. Kayaknya sih enak walaupun belum pernah coba. Lagi liat-liat menu, eh masnya yang jualan bilang kalo nasinya abis, masih dimasak.

ZONK!!

Pengunjung kecewa.

Tanpa terheran-heran lebih lama lagi kami keluar dari halaman masjid untuk mencari sesuap nasi. Karena tidak banyak pilihan maka kami makan mie ayam saja ditemani es jeruk manis. Kali ini engga zonk tapi ada yang aneh. Mienya hambar sodara! Seumur-umur makan mie ayam baru kali itu aku  tambahin kecap manis. Menurut aku, makan mie ayam pake kecap manis itu aneh. Tiap liat ada orang makan mie ayam kog pake kecap itu rasanya "Kog gitu, kan udah manis kuahnya?!" Kalo di Solo mie ayam rasanya gurih dan ada manis-manisnya gitu *bukan iklan* tanpa kecap manis sudah enak tapi ini beda. Kali ini aku yang menjadi orang aneh. Mie ayam+kecap manis. Kemakan omongan sendiri hihi..

Selesai makan kami istirahat di masjid sambil nunggu waktu sholat Dhuhur tiba. Ma syaa Allah..jamaah luar biasa banyak bahkan ada tak sedikit dari mereka yang berasal dari luar kota bahkan ada yang dari Aceh. Dari Aceh ke Jogja, ngekost trus dateng ke acara ini. Ini mah namanya mahasiswa perantauan yang kuliah di Jogja trus ikut Muslim United wkwkkw... dasar, dia ngaku-ngaku tapi ada benernya juga.

Kami sholat Dhuhur berjamaah. Risa sholat di serambi masjid sedangkan aku di dalam masjid. Terpisah, karena sulit mencari dia yang begitu imut ditengah ratusan jamaah masjid. Bada Dhuhur acara dimulai, diisi oleh Ustadz Salman Al Jugjawi dan Koh Steven (Mualaf) hingga mendekati waktu Ashar. Kemudian kembali sholat berjamaah. Lalu setelah itu kajian bersama Ustadz Derry Sulaiman dan Ustadz Ananto hingga menjelang Maghrib. Kamipun Maghrib berjamaah dan setelah itu kami pulang karena Pramex terakhir pukul 20.00 dari Jogja. Sebenarnya ingin sekali ikut sholat Isya berjamaah diimami oleh Syeikh Ali Jabeer tapi apa daya belum jodoh nih.

Perjalanan dari Masjid Kauman menuju stasiun Jogja sedikit berbeda karena kami memilih naik Bentor alias Becak Motor. Pertama kali buat aku. Rasanya seperti naik becak tapi speednya lebih kenceng saking kencengnya cepo-cepoi banget. Hmm..... Malem-malem pula, adem ga panas. Alhamdulillah.

Sampai di stasiun lebih awal setengah jam dari keberangkatan. Kami mampir makan dulu di stasiun. Aku pesan burger, yang praktis aja. Risa pesan nasi ayam. Ditengah-tengah percakapan sambil makan...

"Ris, mau ppipis ngga?"

"Iya dong"

"Jangan sampe ntar kita turun di Maguwo lagi. Ga ada lagi Pramex ke Solo" kecuali mau naik kereta yang mahal wkwkw

"Wkwkwk..makasi udah diingetin -_-"

Singkat cerita, keretapun datang. Ini ni ya serunya naik Pramex, rebutan kursi! Soalnya kalo naik Pramex, di tiketnya ga ada nomor kursinya jadi cepet-cepetan siapa cepat dia dapat. Bahkan kereta masih berjalan lambat tapi orang-orang pada ngikutin jalan didepan pintu gerbang. Kebayang ga sih konyolnya cuma gara-gara ga mau berdiri sejam Jogja-Solo. Sampe-sampe harus bersaing ama mas-mas dan bapak-bapak juga wkwkw... Sebenernya ada bahayanya juga karena penumpang yang mau turun malah kedesekan sama penumpang yang ga mau ngantri pas masuk, akhirnya mereka mau turun juga rebutan keburu kereta jalan lagi. Parahnya lagi, ada penumpang yang tau tata tertib mendahulukan yang turun malah dari belakang didorong-dorong masuk kereta. Hadeh! Tapi kalo yang pengertian mau ngalah kog, cuma ya itu... 1 diantara sejuta hahha...

----------------------------~~~~~------------------------------------------

Masih dikereta aku di chat mamak suruh pulang ke rumah Uti (nenek) aja ntar naik gocar bareng Risa. Risa itu tetangganya Uti, biar sekalian gitu. Okelah. Aku harusnya turun di stasiun Balapan tapi karena mau pulang ke rumah Uti jadi turun di stasiun Purwosari. Sampe di Solo. Udah turun di stasiun Puwosari ternyata Risa dijemput sama bapaknya. Rasa-rasanya ga jadi pulang ke rumah Uti. Sama aja, pulang sendiri juga. Yaudah, ga jadi ke rumah Uti. Aku pulang kerumah ortu aja. Pesen gojek tapi karena ga boleh ngangkut penumpang di depan stasiun jadi disuruh nemuin driver di depan Omah Lowo. Badan udah sempoyongan, capek, ngantuk. Emosiku naik lagi nih.

Tapi karena bener-bener ga boleh ambil penumpang di stasiun ya mo gimana lagi, aku harus yang nyamperin drivernya lebih dulu (ditemeni Risa) tapi bukan di Omah Lowo, aku milih ketemu di depan kantor Indosat yang lebih deket ama stasiun. Eh, suruh minggir ke gang sebelah Indosat katanya di depan kantor "rawan". Yaweslah, dikit lagi pulang, nurut aja. Sampai di gang emang ada orang naik motor sih, cuman ga berani nyamperin. Gelap banget. Trus disamperin deh sama drivernya hehe...karena kita berdua cuma diem diujung gang ga berani masuk. Akhirnya Risa pulang dianter bapaknya dan aku pulang sama pak gojek yang "buru-buruin" aku buat naik motor. Iya sih pak, aku tau maksudmu tapi tenang pak kalo ada cewe masa masih digeruduk juga.

Alhamdulillah...selesai juga drama Jogjanya. Kami pulang dalam keadaan selamat dan selesai sudah tulisanku yang super panjang dan penuh drama ini. Sepertinya tidak ada inspirasi yang bisa diambil tapi percayalah... Selamanya kita akan bersama, takkan ada keraguan, kini dan nanti...percayalah~~~ ciee..nyanyi :)





Komentar